Perkembangan zanian now yang salah satu cirinya antara lain, teknologi komunikasi yang semakin instan, dan terjadinya "pelesetan" bahasa dalam pergaulan keseharian nampak tak terhindarkan sebagai bagian dari ciri inovasi dan kreativitas generasi zaman now yang sedang trend.

Bahasa sebagai karunia Allah SWT kepada ummat manusia di muka bumi ini memiliki sifat toleran, saling memberi dan menerima, sama dengan tabeat manusia yang hidup nomadik (berpindah-pindah tempat). Semua itu antara lain untuk saling mengenal satu sama lain. (Q.S. Al-Hujuraat: 13).

Plt. Walikota Cilegon, Drs. H. Edi Ariadi, M.Si, dan Sekretaris Daerah, Ir. Hj. Sari Suryati, M.Si, sangat memahami fenomena perkembangan dalam pergaulan masyarakat, khususnya di Kota Cilegon.

Dalam Pasal 32 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menegaskan: "Negara menghormati dan memelihara bahasa daerah sebagai kekayaan budaya nasional". Dalam Pasal 37 angka 1 huruf (j) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan diwajibkan adanya mata pelajaran muatan lokal (mulok).

Atas dasar itu, Peraturan Walikota Nomor 57 Tahun 2017 tentang Penggunaan, Pengembangan dan Pemeliharaan Bahasa Jawa Cilegon (Banten) diterbitkan. Peraturan itu tidak ujug-ujug terbit, akan tetapi ide dan gagasannya sudah ada sejak Wali Sepuh, H. Tb. Aat Syafaat, S.Sos., M.Si, (Periode: 2000-2005 dan 2005-2010) hingga ke Periode Dr. H. Tb. Iman Ariyadi, M.Si dan Drs. H. Edi Ariadi, M.Si, karena di era kepemimpinan beliau juga didirikan Radio FM Mandiri Cilegon yang salah satu programnya ada segmen khusus berbahasa Jawa Cilegon, sebagai upaya pelestarian bahasa daerah.

Pelestarian bahasa jawa Cilegon sebagai bagian dari wujud rasa hormat dan bhakti kepada para orang tua, kakek-nenek, buyut dan seterusnya, agar kekhasan ini tidak dikatakan mati obor! Wong Cilegon napik isinan ngomong bahasa jawa sebagai identitas diri.