Novel Alvaska menyajikan kisah kehidupan seorang remaja laki-laki bernama Alvaska Aldebra Lergan, yang dibalik citra kuatnya sebagai ketua geng motor, kapten basket, dan sosok yang dingin serta ditakuti, menyimpan luka batin yang dalam. Sejak kecil ia menghadapi broken home, kurangnya kasih sayang dari ayahnya, dan memiliki adik kembar bernama Alzaska yang justru mendapat perlakuan berbeda dari sang ayah. Kondisi ini diperparah oleh penyakit jantung bawaan Alvaska, yang pada akhirnya diketahui sudah memasuki stadium akhir dan membuat masa hidupnya hanya tersisa sekitar dua bulan.
Konflik dalam cerita muncul dalam bentuk konflik internal, berupa kesedihan, rasa malu, rasa bersalah, dan kebencian terhadap ayahnya; dan konflik eksternal, antara lain konflik fisik (perkelahian, geng motor) dan konflik sosial (perasaan terasing, interaksi sosial yang berat). Meskipun dihadapkan pada kenyataan pahit tentang batas waktu hidupnya, kedatangan sosok Kana, seorang gadis yang mengubah pandangannya tentang hidup, memberikan Alvaska harapan baru untuk tidak menyerah. Novel ini mengangkat tema kehilangan, cinta, harapan, dan identitas, serta menunjukkan bagaimana kasih sayang dan hubungan antar manusia bisa menjadi kekuatan untuk bertahan.
Dengan gaya bercerita yang emosional dan latar kehidupan remaja yang penuh dinamika, Alvaska bukan hanya sekadar kisah romantis, tetapi juga refleksi tentang penderitaan, pilihan, dan keberanian untuk tetap berharap dalam situasi yang seolah tanpa jalan keluar.