No image available for this title

Text

Kota Intan yang Tenggelam



Buku ini yang berjudul Kota Intan yang Tenggelam ini menceritakan tentang kota yang indah, Untuk apa sejarah ditulis? Menurut Marc Bloch dalam karyanya yang terkenal "The Historian's Craft" mempertanyakan fungsi atau makna sejarah dalam kehidupan manusia. Orang asing ini bertanya "Untuk apa sebenarnya sejarah ditulis? Apa faedahnya bagi manusia? Apakah hanya peristiwa-peristiwa yang menyenangkan saja yang patut ditulis? Lalu bagaimana dengan peristiwa-peristiwa yang menyedihkan dan menakutkan dalam sejarah, apakah harus dihindari?".

Rangkaian pertanyaan sejarawan Bloch patut diperhatikan dan perlu dikaji. Sebab tak sedikit masyarakat yang tak rela pemimpinnya ditulis berdasarkan data sejarah yang sebenarnya. Hal Ini merupakan dampak dari metode penulisan historiografi tradisional atau yang biasa disebut dengan babad.

Catatan sejarah yang membuat kita bangga dan juga membuat kita sedih harus ditulis apa adanya. Semua ini merupakan romantika perjalanan sejarah. Tidak ada perjalanan sejarah yang mulus, sebab sebagai seorang manusia biasa tak luput dari kesilapan.

Jadi sejarah panjang Kesultanan Banten yang pernah berjaya pada abad XVII dengan raja-rajanya yang terkenal seperti Sultan Maulana Hasanuddin, Sultan Ageng Tirtayasa hingga Rafiudin perlu dibaca masyarakat. Tujuannya jelas untuk menjadi cermin kehidupan masa kini dan menjawab tantangan kehidupan masa depan. Juga agar peristiwa sejarah yang kelabu itu dapat dihindari berulang di masyarakat.

Dari catatan sejarah yang tercecer kita juga dapat belajar tentang kearifan lokal para pendiri kota kuno Banten yang telah memiliki rasa estetika tinggi dalam menciptakan bangunan-bangunan bercorak arsitektur lokal dan asing. Meski pada masa itu belum dikenal ilmu planologi, tetapi nenek moyang kita sudah mampu membangun kota dengan konsep tata ruang yang apik.


Selain mampu menciptakan sebuah kota indah yang dijuluki orang Eropa sebagai Forth Diamond atau "kota intan", pendahulu kita juga sudah mampu membuat kapal layar yang mampu melayari 7 samudera dan singgah di 5 benua. Sebagai bukti pada tahun 1682 Sultan Banten telah mengirim duta besarnya ke Inggris.

Selama pelayaran 5 bulan lamanya menempuh rute Banten-London lewat Tanjung Harapan, Afrika Selatan hanya seorang awak kapal yang meninggal dunia. Tetapi ketika armada kapal dagang Belanda yang dipimpin Cornelis de Houtman ke Banten tahun 1596, lebih dari separuh awak kapal meninggal dunia.


Ketersediaan

#
My Library (800 Kesusastraan) 889.221 LUK k
0012031
Tersedia

Informasi Detail

Judul Seri
-
No. Panggil
912.59823 LUK k
Penerbit Balai Pletarian Cagar Buaya Banten : Kota Serang.,
Deskripsi Fisik
x, 68 hlm.; 20,5 x 15 cm
Bahasa
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
912.59823
Tipe Isi
-
Tipe Media
-
Tipe Pembawa
-
Edisi
Cet 1
Subjek
Info Detail Spesifik
-
Pernyataan Tanggungjawab

Versi lain/terkait

Tidak tersedia versi lain




Informasi


Akses Katalog Publik Daring - Gunakan fasilitas pencarian untuk mempercepat penemuan data katalog